GERBANG TATA BANGUN JAYA

Spesifikasi Material/Bahan yang umum dipakai


Dari beberapa banyak permintaan mengenai pengadaan struktur baja, para kontraktor atau owner yang memesan material baja tidak mengenal spesifikasi material nya. Jika ditanya spesifikasinya, mereka hanya menjawab "yang biasa saja". Ya memang untuk pembuatan gudang kecil tinggi 12m misalnya hanya memakai material baja spesifikasi mild steel. Tapi bagaimana jika untuk bangunan Power Plant / PLTU, Jembatan dan Bangunan Commercial laiinya yang umum nya memakai material high strength?. Tidak semua material menggunakan mild steel, ada yang harus menggunakan high strength dan bagian itu yang menjadi pertanyaan.

Berikut ada spesifikasi material baja yang umum dipasaran Indonesia.



Ada banyak sekali spesifikasi material baja, namun untuk membatasinya diatas hanya spek yang umum dipasaran Indonesai yang biasa dipakai dalam kontruksi.





Profile King Cross dan Quen Cross


A. Profile King Cross

Profile ini diambil dari perpaduan dua buah profile WF yang dilas penuh pada kedua sisi web nya. Umumnya profile ini dipakai untuk kolom.
Gambar : King Cross

Table King Cross



B. Profile Quen Cross





Profile Chasstellated Beam

Banyak orang awam bahkan kontraktor sendiripun tidak paham dengan profile Chasstellated. Saya pernah berbincang dengan satu client saat meeting yang mana beliau menceritakan bahwa profile Chastellated ini tidak ekonomis sebab ada waste sisa potong plate banyak yang terbuang.
Proyek yang pernah di handle nya menggunakan castellated beam HB 600x200 dan untuk membuat itu maka team nya melubangi tengah web Profile WF 600x200 berbentuk poligonal dan plate sisa potong nya menjadi waste terbuang tidak terpakai. Mendengar penjelasan itu saya jadi tertawa namun segera saya memberikan penjelasan singkat saja yang membuat beliau menjadi megerti.
Profile Chastellated ini dibentuk dari Profile WF atau H-Beam yang dipotong zigzak putus sepanjang web nya sehingga menjadi 2 batang simetris yang terpisah seperti mata gergaji (ada yang rendah dan tinggi) lalu kemudian dua batang simetris tersebut disatukan dengan menempelkan bagian yang tinggi nya satu sama lain lalu dilas permanen pada bagian yang menempel tersebut sehingga menghasilkan profile yang lebih tinggi dari semula.
Tujuan membuat profile Chasstellated ini adalah menambah Inersia (I) batang dengan cara menambah tinggi.

Berikut table Chasstellated Beam.
Dari table terlihat untuk membuat Chasstellated 600x200 dipotong profile WF 400x200.


Table Chasstellated Beam adding plate



Video Pemotongan Web pembuatan H-Comb


Baca juga :
1. Profile Hot Rolled WF/H-Beam
2. Profile Angle / Siku
3. Profile "U"
4. Profile Lhip-Channel dan Z-Section
5. Profile C-Channel
6. Profile T-Beam
7. Profile Chasstellated Beam
8. Profile King Cross dan Quen Cross







Profile T-Beam


Profile ini diambil dari profile WF yang web nya dibelah dua sama tinggi. Profile ini biasa dipakai untuk strutt. Karena profile ini diambil dari WF maka spesifikasi nya juga sama dengan WF.
Table T-Beam.



1. Profile Hot Rolled WF/H-Beam
2. Profile Angle / Siku
3. Profile "U"
4. Profile Lhip-Channel dan Z-Section
5. Profile C-Channel
6. Profile T-Beam
7. Profile Chasstellated Beam
8. Profile King Cross dan Quen Cross







Istilah dalam cat



Istilah dalam Cat


Gloss:                 kekilauan permukaan lapisan cat dinilai dan dibandingkan hasilnya terhadap standar kaca hitam yang dipoles sesuai standar ISO 2813 atau ASTM D-523. Ada 5 kategori kekilauan dari yang tidak kilau  sampai yang paling berkilau adalah sebagai berikut: Flat, Eggshell, Semi-gloss, Gloss dan High-gloss.

Shelf life:           Periode waktu sejak cat diproduksi sampai dengan cat tersebut masih dapat dipakai atau dalam kondisi baik pada suhu 100C-300C.

Working Pot Life:     Lama waktu maksimal suatu produk masih dapat digunakan dengan baik, di mana produk tersebut dikemas dalam dua kemasan terpisah lalu dicampur pada suhu tertentu.

Flash Point:       Suhu minimal di mana suatu produk di mana pada suhu tersebut uap cat tersebut dapat menyala bila didekatnya ada sumber api.

Full cure:           Suatu kondisi lapisan cat di mana sifat dan kemampuan lapisan sesuai katalog tercapai secara aktual.

Touch dry:         Waktu yang dibutuhkan oleh lapisan cat untuk mencapai kondisi permukaan cukup kering bila disentuh.

Dry to handle:   Kondisi permukaan lapisan cat di mana baja yang dicat dapat diangkut atau dipindahkan tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan lapisan cat yang berarti.

Min Overcoat Int.:    Indikasi lama waktu yang diperlukan suatu lapisan cat untuk mencapai kondisi kekeringan dan kekerasan yang diperlukan yang dapat dilaksanakannya pengecatan lapisan berikutnya.

Max Overcoat Int.:   Indikasi lama waktu yang diperbolehkan suatu lapisan cat untuk dapat dilaksanakannya pengecatan lapisan berikutnya, bila melebihi waktu tersebut maka akan beresiko mengurangi daya adhesi lapisan selanjutnya..

Full cure:           Suatu kondisi lapisan cat di mana sifat dan kemampuan lapisan sesuai katalog tercapai secara aktual.

Dry film Thk.:    Tebal lapisan cat dalam kondisi kering yang dinyatakan dalam satuan mikron.

VOC:                  (Volatile Organic Content) adalah berat kandungan pelarut organic per 1 liter cat.
Volume solid:    persentase dari tebal lapisan cat pada saat kering terhadap lapisan cat dalam kondisi basah (sewaktu dicat). Penentuan VS dilakukan pada hari ke-7 dan pada suhu 230C (sesuai ASTM D-2697).

Konsumsi dan Biaya Pengecatan:

Daya tutup teoritis (m2/ltr)     =       10 x VS (%) / DFT (mikron)
Daya tutup praktek (m2/ltr)    =       efisiensi x Daya tutup teoritis
Efisiensi                                =       1 – Loss
Loss                                     =       0,5 untuk profil kecil
                                                     0,4 untuk rata-rata pabrikasi
                                                     0,3 untuk profil besar

Jenis-jenis cat



Berikut adalah jenis-jenis cat yang sangat umum digunakan pada baja bangunan:
o       Metal treatment
o       Anti-corrosion primer
o       Intermediate coat
o       Top coat

1.     Metal treatment

Cat-cat yang tergolong dalam metal treatment biasa disebut sebagai Etching primer atau wash primer. Diaplikasi dengan ketebalan minimal (0,3 s/d 0,5 mil atau kira-kira 15 mikron). Cat ini utamanya diaplikasikan pada baja yang tergalvanis untuk meningkatkan daya lekat cat selanjutnya. Cat metal treatment tidak sama dan tidak dapat mengganti peran dari cat dasar.

2.     Anti-corrosion primer

Fungsi utama cat anti-corrosion primer adalah mencegah atau menghambat proses korosi atau berkaratnya permukaan baja. Cat jenis ini umumnya tidak didesain untuk di-ekspos langsung di lingkungan terbuka, kecuali bila mengandung unsur zinc (seng). Oleh karena itu dalam pemakaiannya biasanya diikuti oleh cat intermediate atau topcoat. Warna yang digunakan terbatas sesuai dengan warna pigment yang ada di dalam cat tersebut (umumnya: abu-abu, kuning, oranye, putih, merah tergantung dari pigment). Zinc-rich primer lebih awet dibanding cat primer (dasar) lain, di mana dapat diaplikasi tanpa topcoat pada lingkungan normal. Pada lingkungan yang banyak mengandung bahan kimia asam maupun basa, cat ini tetap harus di lapis topcoat.

3.     Intermediate coat

Bila suatu lapis cat diaplikasikan, seringkali tidak sempurna menutupi semua permukaan baja yang ada. Banyak lubang-lubang di daerah-daerah tertentu yang belum sempurna tertutupi lapisan cat, yang dinamakan sebagai missed spot atau pin hole. Fungsi utama intermediate coat adalah untuk mengantisipasi ketidak sempurnaan pelaksanaan primer coat sebelumnya serta menyediakan peralihan warna dari primer ke top coat agar tidak memberikan efek berbayang (shading) pada lapisan top coat

4.     Top coat

Top coat memberikan perlindungan bagi lapisan cat di bawahnya dan memberikan citra warna yang diinginkan.


B. Bahan Dasar Pembuatan Cat
C. Jenis-jenis ca
D. Istilah dalam cat

Bahan dasar pembuatan cat



A.    Bahan Dasar Pembuatan Cat

Cat pada umumnya terbuat dari: pigment, binder dan solvent. Cat dibuat dari pigment yang didispersikan ke dalam binder, yang selanjutnya dilarutkan dalam solvent atau diemulsikan dalam air, agar dapat diaplikasikan melalui alat cat yang ada (busa roll, semprotan, dll).

Ada beberapa jenis pigment yang masing-masing mempunyai fungsi yang spesifik:
o       Pigment opaque: yang berguna untuk membuat lapisan yang tidak tembus pandang dengan menampilkan bermacam-macam warna sesuai kebutuhan.
o       Pigment metallic: ditambahkan untuk menampilkan kesan metalik pada cat finish.
o       Pigment anti-corrosive: ditambahkan khusus untuk mencegah timbulnya karat pada permukaan baja.
o       Pigment extender: biasanya ditambahkan untuk mengurangi efek gloss (kilau), atau mambantu ikatan antar lapisan cat, atau meningkatkan kekentalan dan menekan biaya produksi.

Istilah tingkat kekilauan hasil lapisan cat dari yang tidak kilau sampai yang paling mengkilau: flat, eggshell, semi-gloss, gloss dan high-gloss.

Setiap binder mempunyai metoda perawatan (curing) dan pengeringan (drying) yang berbeda. Ada beberapa jenis curing dan drying sbb.:
o       Oksidasi: adalah curing dengan menyerap oksigen dari udara terbuka dan diikuti dengan polimerisasi, yang disebut juga dengan pengeringan udara (air drying). Binder yang menggunakan curing dan drying jenis ini: alkyd.
o       Penguapan solvent (pelarut): binder dilarutkan dalam campuran pelarut (solvent). Ketika diaplikasi, pelarut menguap, meninggalkan lapisan tipis yang stabil dan permanen. Jenis cat yang mempunyai binder seperti ini dinamakan Lacquer (pernis).  Binder yang menggunakan curing dan drying jenis ini: Vinyl dan Chlorinated-rubber. Karena prosesnya hanya bergantung dari penguapan pelarut, maka cat jenis ini dapat diaplikasikan pada suhu yang relatif rendah.
o       Reaksi kimia: cat umumnya di bagi dalam dua kemasan terpisah: base dan hardener. Bila dicampur akan membentuk campuran cat akhir. Proses curing tetap berlanjut walaupun cat tidak diaplikasikan, sehingga cat jenis ini mempunyai umur pakai yang terbatas. Selain itu karena proses curing tidak memerlukan proses oksidasi, maka sering diaplikasikan untuk mendapatkan lapisan yang relatif tebal.  Binder yang menggunakan curing dan drying jenis ini: Epoxy.
o       Perpaduan (coalescene): bahan binder diemulsikan ke dalam air dalam bentuk koloid. Pada saat diaplikasikan, air akan menguap dan binder akan menyatu membentuk lapisan tipis di permukaan yang dicat. Binder yang menggunakan curing ini: latex. Curing ini tidak dapat digunakan pada kondisi suhu rendah atau kelembaban tinggi.

Fungsi binder dapat digambarkan sebagai pengikat sesama pigment dan pigment terhadap permukaan baja. Jenis-jenis binder:
1.     Alkyd
2.     Epoxy ester
3.     Epoxy lacquer
4.     Two Pack Epoxy
5.     Epoxy coal tar
6.     Inorganic
7.     Latex
8.     Minyak (Oil)
9.     Phenolic
10. Rubber Base
11. Chlorinated rubber
12. Silicone
13. Oil-Modified Urathane
14. Moisture-Cured Urethane
15. Two Component Urethane
16. Aromatic Urethane
17. Aliphatic Urethane
18. Polyvinyl Butyral (Vinyl)
19. Polyvinyl Chloride dan Polyvinyl Acetate
20. Vinyl-Alkyd

Bahan baku cat berikutnya adalah solvent Fungsi utama solvent adalah melarutkan pigment dan binder agar dapat di aplikasi sesuai alat cat yang akan dipakai. Setiap jenis solvent mempunyai kecepatan penguapan yang berbeda satu sama lain. Oleh karena itu pemakaian alat cat harus memperhatikan jenis solvent yang digunakan.

Profile C-Channel

Profile ini sama berbentuk C yang hampir sama seperti bentuk pada profile Lhip-Channel itulah sebabnya orang terkdang saya menyebutkan atau menuliskan. Profiel C - Channel ini juga dibentuk dengan cara Cold Formed yang dibending namun tebalnya bisa lebih tebal dari Profile Lhip-Channel.
Berikut Tabel C-Channel yang biasa dipakai dikonstruksi baja.

Untuk penulisan yang benar kita ambil contoh CNP 75x40x5x7 atau CNP 100x50x5x7.5.

Spesifikasi yang umum dipakai untuk ketebalan <4mm biasanya menggunakan plate JIS G 3101 SPHC Ft=270MPa, dan jika lebih besar dari itu umumnya dibending dari Plate JIS G 3101 SS400 Fy=245MPa.



1. Profile Hot Rolled WF/H-Beam
2. Profile Angle / Siku
3. Profile "U"
4. Profile Lhip-Channel dan Z-Section
5. Profile C-Channel
6. Profile T-Beam
7. Profile Chasstellated Beam
8. Profile King Cross dan Quen Cross










Profile Lhip-Channel

Profile ini berbentuk C dengan flange nya yang dibentuk dengan cara Cold Formed dari plate. Biasanya material disebut  Lip-Channel. Namun terkadang orang awam atau bahkan para kontraktor sulit membedakan material UNP, CNP dan Lhip-Channel. Terkadang pada RAB tertulis CNP 150x50x20x2.3, padahal yang sebenarnya adalah Lhip-Channel 150x50x20x2.3. Atau juga ada yang menuliskan CNP 100x50x5x7.5, ini adalah Profile UNP yang jika maksudnya profile UNP seharusnya tertulis UNP 100x50x5x7.5. Di blog ini sudah dijelaskan sebelumnya material UNP. Dipasaran Indonesia biasanya LhipChannel ini dengan tebal 3.2 mm. Profile ini bisanya digunakan untuk framing non struktural seperti gording dudukan sheeting atap dan girt dudukan sheeting dinding.
Berikut table material UNP atau Lhip-Channel.

Karena profile ini dibentuk dengan cara cold formed dengan plate tipis, maka spesifikasi yang digunakan adalah JIS G3131 SPHC Fy=270Mpa.


1. Profile Hot Rolled WF/H-Beam
2. Profile Angle / Siku
3. Profile "U"
4. Profile Lhip-Channel dan Z-Section
5. Profile C-Channel
6. Profile T-Beam
7. Profile Chasstellated Beam
8. Profile King Cross dan Quen Cross







Profile "U"

Profile "U" biasa disebut U-Channel tapi yang paling populer disebut "UNP". Profile ini bangunan gedung sederhana gudang atau pabrik-pabrik tapi dari beberapa proyek gudang dan pabrik seperti kelapa sawit yang saya pernah tangani profile UNP ini tidak digunakan. Profile UNP ini lebih biasa dipakai di mesin.
Berikut table UNP standar pasaran Indonesia.


Dipasaran Indonesia spesifikasi material ini adalah JIS - G 3101 SS400 Fy=245MPa.


1. Profile Hot Rolled WF/H-Beam
2. Profile Angle / Siku
3. Profile "U"
4. Profile Lhip-Channel dan Z-Section
5. Profile C-Channel
6. Profile T-Beam
7. Profile Chasstellated Beam
8. Profile King Cross dan Quen Cross

Angle/Siku


Spesifikasi dipasaran Indonesia untuk siku hot rolled ini adalah JIS SS400 Fy=245MPa


Dunia konstruksi umumnya memakai standar material siku diatas yang tersedia dipasaran Indonesia. Sebenarnya juga ada siku tidak sama kaki yang pernah diproduksi dan beredar dipasaran Indonesia namun sekarang sudah jarang dipaka dan kabarnya sudah tidak pernah dipakai dikonstruksi dengan alasan yang saya dapat dari para teman kontraktor praktisi engineer bahwa siku tersebut tidak optimal dalam pemakain distruktur dan juga harganya lebih mahal dari siku sama kaki.

Ada juga siku yang dibuat dengan cara cold formed yaitu plate yang dibending membentuk siku seperti table berikut yang biasa dipakai.


Spesifikasi dipasaran Indonesia untuk siku bending ini adalah JIS G 3101 SS400 Fy=245MPa dan untuk dibawah tebal plate 4mm biasanya menggunakan plate JIS G3131 SPHC Ft=270MPa.

Standar panjang material cara hot rolled section biasanya 6m dan paling panjang 12m dan untuk siku bending yang ukuran nya <80 biasanya dibuat paling panjang 6m jika lebih dari itu dikawatirkan melintir karena terlalu kecil.


1. Profile Hot Rolled WF/H-Beam
2. Profile Angle / Siku
3. Profile "U"
4. Profile Lhip-Channel dan Z-Section
5. Profile C-Channel
6. Profile T-Beam
7. Profile Chasstellated Beam
8. Profile King Cross dan Quen Cross

 Lihat spesifikasi materail baja pasaran Indonesia.

Perbedaan Pre-Engineering Building dengan Konventional Steel Building






A. PRE-ENGINEERING BUILDING
1.  Elemen utama memakai batang non-prismatis sehingga berat sendiri 30% lebih ringan
2. Elemen sekunder memakai baja ringan yang berbentuk Z-Section atau Lip-Channel
3. Desain pondasi lebih sederhana serta ringan dan mudah dilaksanakan
4. Lebih ringan sehingga biaya baja lebih murah
5. Seismic Resistance Struktur portal lebih fleksibel untuk menahan beban gempa
6. Arsitektural diperoleh dengan biaya yang lebih murah


B. KONVENTIONAL STEEL BUILDING
1. Eleman utama adalah hot rollet wf yang lebih berat dari non prismatis
2. Elemen sekunder memakai baja profile I atau Lip-Channel yang relatif lebih berat
3. Pondasi mahal dan disyaratkan memakai pondasi yang lebih dalam
4. lebih berat sehingga biaya baja lebih mahal
5. Seismic Resistance Structure portal lebih berat dan kaku dan perilaku kurang baik di wilayah gempa.
6. Arsitektural diperoleh dengan biaya yang lebih tinggi













Pabrikasi



Pekerjaa pabrikasi adalah pengelasan material yang sudah pre-fabrikasi menjadi satu komponen, seperti komponen kolom, komponen rafter, komponen bracing dan lain nya. Komponen kolom terdiri dari satu base plate, profile WF/H-Beam dan beberapa plate stiffener dan jika ada beberap rib base plate yang di las menjadi satu komponen kolom. Komponen Rafter terdiri dari profile WF, hounch yang biasanya sama dengan profile rafter yang dibagi dua, end plate dan beberapa plate stiffener yang semua nya itu disassembly menjadi satu komponen rafter.
Pekerjaan pabrikasi ada beberapa tahapan sbb:
  1. Pengecekan material
Pengecekan material dilakukan oleh Quality Control. Pengecekan yang dilakukan adalah mengukur dimensi dengan toleransi yang biasanya 2mm, jumlah lubang, diameter lubang dan lainnya yang semuanya harus terkonstrol sama dengan material sesuai cutting drawing. Jika tidak sesuai maka wajib diganti atau perbaikan jika itu memungkinkan.

  1. Pembersihan/finishing
Ini adalah tahap sebelum dilakukan pengelasan. Semisal material plate yang sudah cut to shape pastinya ada bekas potong api yang tidak rata maka harus diratakan, begitu juga bekas lubang drilling yang harus dibersihkan agar tidak tajam. Pembersihan dilaukan dengan grenda, sikat. Dan untuk membersihak karat atau sisa minyak biasa digunakan solfent.

  1. Tack Weld
Atau las titik yang dilakukan untuk tujuan setting sebelum dilakukan las permanen. Satu komonen lengkap yang sudah di tack weld, quality control harus mengecek komponen tersebut. Pengecekan yang dilakukan adalah dimensi panjang komponen assembly harus sesui dengan assembly drawing, dan posisi-posisi part-part kecil pembentuk komponen tersebut. Jika ada yang salah maka harus di lepas dan dilakukan kembali tag weld sampai pada sesuainya komponen tersebut dengan assembly drawing nya. 



 Gambar 1. Tack Weld

  1. Finishing Welding
Dilakukan setelah komponen tack weld sesuai dengan assembly drawing. selesai dilakukan finishing welding ini dilakukan pengecekan kembali jika kemungkinan  terjadi perubahan bentuk seperti bending yang bisa diakibatkan panas saat pengelasan.



Gambar 2. Material yang sudah Finishing Welding


<-kembali

Pengadaan dan Pre-Pabrikasi


PENGADAAN MATERIAL

Data material BOM menjadi dasar pengadaan material. Satu bangunan semisal bangunan baja

gudang dengan ukuran lebar 23m, panjang 36m dan tinggi 6m biasa nya hanya amenggunakan kolom dan rafter profile WF dan purlin/girt dengan lip-channel dan strut pengikat longitudinal menggunakan double lip-channel, ikatang angina atap dan dinding menggunakan rounbar dan plate sebagai jointing dan pengikat baut. Para kontraktor biasa memuatkan material taking over atau “MTO” yang adalah table kebutuhan material dengan panjang standar yang harus dibelanjakan untuk dipabrikasi.


3. PRE-PABRIKASI

Yang dimaksud per-pabrikasi adalah pekerjaan pemotongan, pelubangan, pembengkokan/bending. Dalam konstruksi struktur baja biasa dibagi menjadi:
  1. Cut to Shape istilah untuk pekerjaan pemotongan dan pelubangan pada material plate.

Gambar 1. Proses pemotongan plate (Cut to Shape Process) dengan CNC Mesin Plasma

 Gambar 2. Hasil pemotongan plate (Plate Cut to Shape)
  
  b. Cut to Length  istilah untuk pekerjaan pemotongan pada material profilan seperti WF/H-Beam, siku    dan lainnya.

 Gambar 3. Profile Cut to Length

c.  Drilling istilah untuk pekerjaan pelubangan bisa dengan pengeboran yang disebut drilling dan menusuk yang biasa disebut punching.

 Gambar 4. Sebelah Kiri Drilling/Bor dan kanan pelubangan dengan Punch/Menusuk

 
 
 Gambar 5. Hasil Pemotongan dan Pelubangan pada profie WF/HB



Video 1. Cutting WF dengan CNC Mesin

d. Bevelling istilah yang masih dalam kategori pekerjaan pemotongan pada material plate dan profilan. Bevel adalah pemotongan menjadi sudut pada ujung-ujung atau pinggiran suatu material yang biasanya untuk jointing atau sambungan ke material lainnya dengan pengelasan. Dengan dilakukan bevel maka pengelasan menjadi lebih kuat.

  Gambar 6. Bevelling


e. Notching atau pencoakan juga sebenarnya masih masuk dalam kategori pekerjaan pemotongan namun umumnya dipakai pada material WF/H-Beam, siku dan material profilan lainnya.

 Gambar 7. Notching/Coak

Pada pabrik-pabrik besar yang memprioritaskan mutu, semua pekerjaan pre-pabrikasi ini menggunakan mesin-mesin CNC.

<-kembali                   lanjut->

Engineering


Sebelum melakukan pekerjaan pabrikasi, tentunya kita sudah harus mengetahui material-material yang akan digunakan. Material ini didapat dari hasil analisa desain struktrur baja oleh engineer. Out put yang dihasilkan pada Engineering adalah sbb:
a. Gambar Persetujuan/Approval Drawing
b. Gambar pelaksanaan/Shop Drawing yang terdiri dari Cutting Drawing dan Assembling Drawing
c. Bill Of Material (BOM)
d. Erection Drawing

a. Gambar Persetujuan/Approval Drawing
    Setelah analisa desain selesai, maka hasil desain tersebut dituangkan dalam Gambar Persetujuan atau    bahasa dalam dunia konstruksinya lazim disebut "Approval Drawing". Pada Aproval Drawing ini tentu harus sudah lengkap dengan profile rangka baja, dimensi dan detai-detail koneksi sambungan bahkan sampai desati pengelasan dan spesifikasi material yang digunakan. Approval Drawing ini harus di cek kembali oleh user/owner selaku pihak pemakai yang meng-order bangunan tersebut dan yang jika ada perubahan dapat di revisi pada tahap ini sampai tidak ada lagi perubahan oleh user/owner.

b. Gambar Kerja/Shop Drawing
Pekerjaan Shop Drawing dapat dilakukan jika Approval Drawing sudah disetujui oleh user/owner. Untuk penggambaran shop drawing ini, sudah banyak ditemukan sofwer-sofwer gambar yang digunakan seperti Steel Cad, X-Steel, Tekla, Boket dan banyak lainnya. Penggambaran Shop Drawing ini sesuai dengan material-material yang tertuang pada approval drawing yang digambar dengan 3D mulai dari material terkecil sampai yang besar. Penggambaran dengen 3D ini disesuikan dengan kondisi yang akan terpasang nantinya secara aktual dan dengan begitu menghasilkan komponen yang presisi.
Setelah gambar 3D rangkum, selanjutnya dipecah-pecah kembali tiap-tiap material dan menghasilkan beberapa gambar yang disebut cutting drawing dan assembling drawing.

 c. Bill Of Material (BOM)
Dari gambar Shop Drawing 3D yang sudah rampung tadi out put data yang dihasilkan selain gambar-gambar juga berupa laporan kebutuhan materiial aktual yang akan digunakan. laporan tersebut berupa tabel material baja yang biasa di sebut Bill Of Materil atau yang biasa di singkat BOM. Dalam BOM ini sudah lengkap jumlah, panjang, berat per item dan total berat, surface area painting untuk kebutuhan material painting.

d. Erection Drawing
Erection Drawing adalah gambar pemasangan sebagai gambar panduan praktisi lapangan saat pemasangan struktur baja. Sebenarnya Erection Drawing juga bagian dari Shop Drawing karena out put dari pekerjaan shop drawing yang digambar modelling 3D tadi yang hanya saja dipecah-pecah dalam tiap grid line saja untuk mempermudah para praktisi membaca marking-marking pada gambar tersebut. Biasanya gambar modelling 3D ini diberikan pada praktisi lapangan.


<-kembali
lanjut->

Profile Hot Rolled WF/H-Beam



tanda * di Indonesia biasanya tidak di rpoduksi dengan cara hot rolled namun dengan cara Welded Beam.



1. Profile Hot Rolled WF/H-Beam
2. Profile Angle / Siku
3. Profile "U"
4. Profile Lhip-Channel dan Z-Section
5. Profile C-Channel
6. Profile T-Beam
7. Profile Chasstellated Beam
8. Profile King Cross dan Quen Cross

Metode Pemasangan Struktur Baja

Metode Pemasangan Struktur Baja yang sederhana yang saya dapat secara teori dan inpun saya dapat dari rekan praktisi dilapangan. maklum karna saya sendiri bukan seorang praktisi dilangan hanya on table..ck.cck..





Contoh sederhana tersebut semoga dapat menambah referensi teman-teman semua.

salam