GERBANG TATA BANGUN JAYA

Pengelasan Busur Terendam

 

Pengelasan busur terendam (SAW) digunakan untuk menyambung dua potongan logam dengan cara menghasilkan busur listrik antara kawat elektroda dengan umpan kawat kontinyu dan logam dasar, sedangkan seluruh area ditutupi dengan sebagian besar bahan flux, sehingga proses pengelasan berada dibawah lapisan tebal fluks granular.


Adapun fungsi fluks granular adalah:

1. Menjaga kestabilan panas yang focus ke logam yang akan dilas tanpa kehilangan panas yang berarti, dengan jumlah arus yang sama.

2. Kepadatan atau penetrasi yang lebih tinggi dapat dicapai.

3. Pendinginan sambungan lebih lambat dilakukan karena menghindari konduksi panas ke atmosfer, karena lapisan penutup fluks yang tebal.

4. Fluks melindungi wadah fusi terhadap atmosfer sekitar yang teroksidasi.

5. Fluks di sekitar busur dicairkan dan dicampur dalam pengelasan dan sisanya dapat dikumpulkan untuk digunakan kembali, sehingga prosesnya menjadi ekonomis. Pada mesin SAW otomatis sisa fluks ini disedot Kembali.

6. Menghilangkan cipratan las dan emisi sinar ultraviolet.

 

Pengelasan busur terendam umumnya digunakan untuk

1.    Pembuatan potongan besar.

2.    Ketika pengelasan terus menerus diperlukan.

3.    Ini dapat dengan mudah diotomatisasi dan umumnya dioperasikan sebagai proses yang sepenuhnya mekanis atau otomatis untuk mengelas rakitan linier.

4.    Ini disebut sebagai proses pengelasan yang andal dan kuat, yang memungkinkan kami mencapai kualitas las yang sangat baik dengan produktivitas tingkat tinggi.

 

Busur terendam dapat digunakan dengan berbagai jenis arus, seperti;

1.    Arus kontinu dengan elektroda positif DC (+) yang memungkinkan penetrasi las yang optimal.

2.    Arus kontinu dengan elektroda negatif DC (-) yang memungkinkan laju deposit las yang optimal.

3.    Arus bolak-balik (AC) yang memungkinkan kompromi antara DC (+) dan DC (-). Penetrasi las yang lebih baik dapat diperoleh dibandingkan DC (-) dan laju deposit las yang lebih unggul dibandingkan DC (+).

 

Kekurangan utama SAW adalah hanya dapat digunakan pada posisi datar dan horizontal.


STANDAR SAMBUNGAN SPLICE BEAM

 Berikut adalah standar sambungan splice beam penahan momen.



Sambungan ini biasanya dilakukan akibat penggunaan beam yang lebih panjang dari panjang standar 12m.


STANDAR DETAIL SAMBUNGAN END PLATE RAFTER

 Berikut adalah standar sambungan momen end plate pada puncak rafter. Ini adalah standar yang biasa dipakai dengan pembebanan standar, namun tidak menjadi patokan pasti keamanan pada stuktur yang akan anda pakai. Perlu dilakukan analisa kembali oleh pihak engineering atau konsultan perencana.



Proses Fabrikasi Baja

 Sebelum proses pengadaan sampai pabrikasi dilakukan, sebelumnya adalah proses engineering. Pada proses engineering ini meliputi desain struktur baja, pembuatan gambar persetujuan (approval drawing). Jika gambar persetujuan ini sudah disetujui oleh buyer, maka tahap engineering selanjutnya adalah pembuatan shop drawing. Shop drawing ini menghasilkan gambar potong lengkap dengan marking part, gambar assembly lengkap dengan marking assembly dan nesting material.

 

1. Marking

Langkah pertama dalam proses fabrikasi baja adalah marking. Proses ini melibatkan memberikan mark/tanda pada material yang akan digunakan dalam produksi, dengan menandai posisi pengerjaan dan bagian yang membutuhkan pemasangan material. Marking dilakukan berdasarkan gambar kerja yang telah dibuat.

2. Cutting/Pemotongan

Setelah proses penandaan selesai, langkah selanjutnya adalah pemotongan atau cutting material. Pemotongan dilakukan sesuai dengan gambar kerja yang telah ditentukan. Cutting dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu, menggunakan gunting (shearing), mesin cropping, gergaji (sawing), atau menggunakan api (flame cutting). Dalam perkembangan teknologi saat ini, pemotongan profil juga dapat dilakukan dengan menggunakan mesin CNC. Mesin CNC adalah mesin yang memiliki program otomatis dan dapat membaca file NC yang merupakan output dari program permodelan tiga dimensi atau BIM (Building Information Modelling).

3. Drilling/Pelubangan

Langkah ini melibatkan drilling atau pembuatan lubang pada material menggunakan mesin CNC. Lubang yang dihasilkan merespons data yang dimasukkan ke mesin CNC. Lubang ini diperlukan untuk menciptakan sambungan dengan mur baut dan perlu memperhatikan ukuran dan jarak sesuai dengan gambar kerja.

4. Assembling/pengelasan dan Bending/pembengkokan


Proses pembengkokan, seperti section bending, roll bending, plate bending, and tube bending dilakukan untuk membentuk baja sesuai gambar kerja. Struktur baja bending ini biasanya kitab isa jumpai pada struktur atap stadion, ball room, hanger pesawat, dll. Selanjutnya, baja disatukan melalui pengelasan menggunakan metode MMA atau MAG. Pengelasan dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin. Untuk mencapai hasil pengelasan yang optimal, diperlukan penerapan teknik pengelasan yang tepat. Beberapa kondisi yang perlu diperhatikan melibatkan memastikan kebersihan permukaan bahan, memilih jenis dan ketebalan las yang sesuai dengan bahan yang akan dilas, serta memperhatikan posisi bahan yang akan dilas apakah miring atau dapat berubah. Proses pengelasan dijalankan melalui langkah-langkah berikut:

Langkah I: Melakukan tack weld, yakni pembuatan titik-titik las pada bahan. Tack weld dilakukan secara bersamaan dengan proses perakitan.

Langkah II: Jika semua tack weld telah dilakukan dengan benar pada bahan, langkah berikutnya adalah melakukan pengelasan penuh (full welding).

Langkah III: Setelah proses pengelasan selesai, langkah terakhir adalah membersihkan kerak atau sisa-sisa las yang mungkin tersisa pada permukaan.

 

5. Surface Treatment

Tahap ini melibatkan pembersihan sisa proses fabrikasi sebelumnya. Dua metode finishing yang umum adalah manual dengan sikat kawat dan sandblasting. Sandblasting dilakukan untuk meratakan permukaan baja, dan menghilangkan karat serta kontaminan lainnya.

 

6. Pengecatan atau galvanize

Pengecatan dilakukan untuk melindungi baja dari korosi, dapat dilakukan dengan metode semprotan/spray, roll atau kuas. Galvanisasi adalah proses melapisi permukaan baja dengan lapisan seng. Lapisan ini dapat melindungi  baja dari karat. Metode yang paling umum digunakan adalah hot-dip galvanizing. Dalam metode ini, baja dicelupkan ke dalam seng cair untuk membentuk lapisan pelindung pada baja.