Berikut ini adalah pemasangan bangunan ruko 4 lantai yang berat nya sekitar 100 ton lebar bangunan 12m tampa kolom tengah berlokasi di bilangan Majestik - Jakarta yang kami pasang pada July 2013. waktu yang diperlukan untuk pemasangan struktur baja bangunan ini adalah +- 32 hari. Kendala yang kami hadapi saat itu hanyalah mobile crane yang mengalami kerusakan pada hari kedua dan harus menunggu penggantinya sampai 6hari lamanya.
Semula mobile chrane sudah dicek kelayakannya dan dinyatakan baik oleh pihak crane, namun entah kenapa kerusakan terjadi.
Sehubungan lokasi proyek yang sempit dan rame pedagang maka sangat tidak memungkinkan semua komponen disimpan dilokasi sebelum dipasang. Ini juga menjadi salah satu kesulitan erektor yang harus dipertimbangkan. semakin sempit lokasi semakin sulit juga proses pemasangan. Yang perlu diperhatikan adalah memposisikan mobile crane setepat mungkin agar tidak perlu pindah2 lagi.
Kendala lain yang kami hadapi adalah beberapa member atau gasset plate atau istilah kupingan plate yang mengalami bending, mungkin pada saat pengikatan dengan starp packing yang mungkin terlalu kencang. Namun itu tidak menjadi masalah, yang namanya erektor tentu ada banyak trik dan metode untuk mengatasi itu semua.
Agar efektif kami memposisikan crane di depan kanan bangunan agar tidak perlu bergeser lagi mengingat lokasi yang sempit dan rame. Terlebiih dahulu kita pasang bow plank atau pagar poryek untuk keamanan dan kenyamanan orang yang lewat disekitarnya.
Jenis bangunan ini bisa dibilang typikal dengan komponen single member, tidak ada member truss/rangka sehingga pekerjaan pemasangan lebih mudah. Lantai menggunakan floor deck + wire mesh ini adalah standar pabrik yang efisien dan kuat.
Tidak ada kesalahan proses pabrikasi di pabrikan yang berarti sehingga pekerjaan ini rampung dalam waktu 32 hari yang awal nya ditargetkan lebih cepat hanya ada kendala pada crane saja.
UNSUR METALURGI DALAM BAJA
Sifat-sifat mekanis baja
ditentukan oleh kombinasi factor-faktor berikut ini:
- Komposisi
kimia
- Perilaku
panasa (heat treatment)
- Proses
pembuatan (manufacturi process)
Walaupun baja sebagian besar
terdiri dari besi (Fe), penambahan unsure-unsur lain dalam jumlah yang relative
keccil sangat menentukan jenis dan sifat mekanis akhir baja tersebut.
Komposisi dari unsure unsur ini
juga memberikan reaksi yang berbeda – beda pada saat baja mengalami proses
perlakuan panas (heat treatment) atau pada saat prosess pendinginan dari suhu
tinggi.
Selain itu, sesuai dengan
perkembangan tuntutan sifat sifat tertentu material baja, perlu diimbangin
dengan teknologi pembuatannya. Tambahan dan kombinasi unsure-unsur lain menjadi
satu alternatife jalan keluar disamping penggunaan jenis heat treatment yang
sesuai. Komposisi kimia baja dan heat treatment pada dasarnya saling
mempengaruhi hingga dapat dikatakan keduanya saling berinteraksi.
Baja Karbon adalah paduan dari system Fe dan C, biasanya
tercampur juga unsure unsur bawaan lainnya seperti silicon 0.2.% s/d 0.7% Mn 0.50% s.d 1.00% P<0.60% dan S<0.06%.
Tambahan unsure-unsur lain pada baja karbon akan membentuk baja
khusus, bila tambahan unsur berkisar 2% dinamakan baja paduan rendah, sedangkan bila tambahan unsure 5% dinamakan baja paduan tinggi.
Baja cor khusu baru bisa
digunakan setelah melalui heat treatment
untuk memperbaiki sifat sifatnya.
KOMPOSISI KIMIA BAJA
- Umum
Baja pada
dasarnya ialah besi (Fe) dengan tambahan
unsure Karbon ( C ) sampai dengan 1.67% (maksimal). Bia kadar unsure
karbon lebih besar dari 1.67%, maka material tersebut biasanya disebut sebagai besi cor (Cast Iron).
Makin tinggi
kadar karbon dalam baja, maka akan mengakibatkan hal-hal sbb:
- kuat leleh dan kuat tarik baja akan
naik
- keliatan / elongasi baja berkurang
- semakin sukar dilas.
Oleh karena itu adalah penting agar kita dapat
menekan kangdungan karbon pada kadar seredah mungkin untuk dapat mengantisipasi
berkurangnya keliatan dan sifat sulit dilas, tetapi sifat kuat leleh dan kuat
tariknya tetap tinggi.
Penambahan unsur-unsur ini dikombinasikan dengan
proses heat treatment akan menghasilkan
kuat tekan yang lebih tinggi, tetapi keuletan dan keliatan dan kemampuan khusu
lainnya tetap baik. Unsur-unsur tersebut antara lain: Mangan (Mn), Chromium (Cr), Molybdenum (Mo), Nikel (Ni) dan tembaga (Cu). Tetapi proporsional
pertambahan kekuatnnya tidak sebesar karbon. Pertambahan kekuatannya
semata-mata karena unsur tersebut memperbaiki struktur mikro baja.
Unsur memahami pengaruh komposisi kimia dan heat treatment terhadap sifat akhir
baja, maka kita perlu mengenal faktor-faktor sbb :
- Struktur
Mikro
- Ukuran
Butiran
- Kandungan
Nonlogam
- Endapan
dipermukaan antar butiran
- Keberadaan
gas –gas yang terserap atau terlarut.
- Struktur Mikro
Unsur Fe dan C menyusun diri dalam suatu struktur
berulang dalam pola tiga dimensi yang dinamakan dengan kristal. Kristal Kristal
yang berorientasi (Arah pengulangan / susunan) sma disebut sebagai butir.
Susunan kumpulan butir satu denganyang lain pada suatu fasa tertentu dinamakan struktur
mikro, contoh struktur mikro antara lain : ferit, perlit dan sementit.
C. Ukuran Butiran
Penghalusan butir baja akan menghasilkan :
- peningkatan
kuat leleh (yield strength)
- perbaikan
sifat keuletan (toghness) dan keliatan (ductifity).
Penghalusanbutiran dapat dilakukan dengan
panambahan unsur niobium, vanadium dan aluminium dengan jumlah maksimal 0.05%
atau dengan heat treatment.
D. Kandungan unsur unsur non logam
Unsur-unsur non logam yang umumnya dibatasi
jumlahnya dalam produk baja adalah SULFUR
(S) dan Fosfor (P).
Tinggi kadar kedua unsur tersebut bisa menurunkan
keliatan (ductlity) baja dan meningkatkan kemungkinan retak ada sambungan las. Pada
baja khusu mampu las, kandungan kedua unsur diatas dibatasi kurang dari 0.05%.
E. Endapan di permukaan antar butiran.
Unsur-unsur lain yang juga dapat menurunkan
keuletan baja antara lain : timah (Sn), Antimon
(Sb) dan Arsen (As) hingga menjadi getas.
Sifat getas ini ditimbulkan oleh pengendapan atau
berkumpulnya unsur diatas dibidang batas antar butir baja suhu 500 600 derajat.
F. Kandungan unsur unsur non logam
Baja yang mengandung gas gas terlarut dalam kadar
yang tinggi terutama: Oksigen (O) dan Nitrogen (N) dapat menimbulkan sifat
getas. Untuk mengurangi kadar gas tersebut biasa digunakan unsur-unsur yang
dapat mengikat kedua unsur gas ditas menjadi senyawa yang cukup ringan sehingga
senyawa tersebut akan mengapung ke permukaan baja yang masih panas dan cair.
Unsur – unsur pengikat gas N dan O biasanya
digunakan unsur Silikon (Si) dan
atau Aluminium (Al) yang fungsinya
disebut sebagai Deoxidant.
G. Sifat tahan panas dan tahan korosi
Sifat sifat khusus baja dapat dicapai dengan
penambahan unsur unsur utama sebagai berikut : Chrom (Cr), Nikel (Ni) dan
Molybdenum (Mo).
Baja tahan karat umumnya mengandung unsur Chrom
lebih dari 1.2% dimana pada kondisi seperti itu baja akan bersifat pasif
terhadap proses oksidasi. Baja tahan karat dapat dibedakan sesuai struktur
mikro nya yaitu : Baja tahan Panas
Martensit, baja tahan Pnasa Ferit dan Baja Tahan Panas Austenit..
Baja Tahan Karat Martensit mengandung Chrom 13% kuat leleh dan tariknya diperoleh dari proses
pendinginan pada kondisi udara luar, sesuai untuk lingkungan korosif ringan, serta biasanya digunakan untuk saluran dan rumah rumah turbin.
Baja Tahan Ferit mengandung
chrom-nikel 18%, dimana sifat tahan karatnya didapat melalui pemanasan pada
suhu 1000 – 1100 derajat lalu didinginkan dengan direndam kedalam air, sesuai
untuk lingkungan yang mengandung garam,
serta biasanya digunakan untuk baling
baling kapal.
Baja Tahan Panas biasanya
dinamakan untuk baja yang tahan pada suhu 650 derajat, dimana sifat itu didapat
pada kondisi kadar chrom dan nikel yang cukup tinggi. Berbeda dengan baja tahan
karat adalah umumhya kandungan karbonnya
lebih tinggi. Umumnya digunakan pada
ketel uap, tungku dan lain lain.
Disadur dari majalah tower edisi 2.
PROFILE WELDED BEAM
Profile Welded Beam adalah profile yang didapat dengan
proses pengelasan 3 lembar plate yang terdiri dari 2 plate flange dan 1 plate
web dan dibentuk menjadi IWF atau H-Beam. Proses pengelasan harus dilakukan
dengan mesin las khusus welded beam dan setelah dilakukan pengelasan tentu
harus dilakukan pelurusan/straightening karena proses panas pengelasan
mengakibatkan profile akan bending atau melintir. Semua prosedur QC harus tetap
dilakukan sesuai standar produk material yang dipakai pabrik untuk tetap
menghasilkan qualitas sesuai standar material semisal standar JIS, ASTM dan
lainnya. Akibat proses panas saat pengelasan ini, maka ada minimal ukuran
welded beam dan tebal minimum plate nya maksud nya adalah ukuran welded beam
yang terkecil tidak akan dapat di luruskan kembali saat proses straightening
karena daya leleh yang telah lewat batas saat menerima panas pada saat
pengelasan.
Saat ini di pasaran Indonesia kita hanya dapat menemukan
profile IWF atau H-beam yang diproses secara hot rolled paling maksimum ukuran
WF588x300 yang artinya mesin roll hanya maksimum dengan ukuran profile tersebut
dengan spesifikasi SS400 Fy=245 MPa.
Untuk profile yang lebih besar dari itu maka dibentuk dengan
proses Welded Beam. Umum nya profile welded beam ini dipakai pada konstruksi
jembatan karena dibutuhkan profile yang lebih besar dan spesifikasi high
strength fy = 345 MPa.
Ilustrasi pembuatan Welded Beam.
Kita ambil contoh untuk membuat WB 700x300x13x24
(satuan dalam milli meter).
Diatas adalah potongan melintang profile WB 700x300x13x24. Untuk membuat profile tersebut dengan cara welded beam yang diperlukan 3 potongan lembaran plate yaitu 2 lembar plate flange ukuran tebal 24mm x 300mm x 12000mm dan satu lembar plate web ukuran tebal 13mm x 652mm x 12000mm. Pada plate Web flange harus dibevel dan ketebalan las harus sesuai dengan radius (r=28mm).
Ketiga lembaran plate diatas di las menjadi menjadi satu profile seperti gambar dibawah ini.
Dari gambar diatas sudah jelas yang dimaksud potongan plate yang di welded/las menjadi Profile Welded Beam. Pengelasan dilakukan dengan mesin las welded beam otomatis seerti gambar dibawah ini.
Setelah profile Welded Beam selesai proses welded, maka tentu profile tersebut menjadi melintir ini akibat sifat baja yang jika mengalami panas (heat treatment) menjadi melintir. proses panas (heat treatment) diterima saat proses pengelasan sepanjang beam. Untuk itu maka perlu dilakukan proses pelurusan atau biasa disebut straightening.
1. Proses straightening pada flange
1. Proses straightening pada flange
Semua pekerjaan straightening tersebut dokontrol oleh Quality Control (QC) sampai pada sandar produk acuan yang dipakai terpenuhi.
Subscribe to:
Posts (Atom)