Laman
▼
Penentuan harga Pabrikasi
pada sebuah konstruksi struktur baja harga pabrikasi mulai dari pengadaan material sampai pada pekerjaan pabrikasinya ditentukan oleh beberapa hal yang utama:
1. Profile material : untuk frame utama menggunakan Hot Rolled WF/H-beam tentu lebih murah jika menggunakan material built up section.
2. Spesifikasi material : bangunan gedung sederhana semisal gudang umum nya menggunakan spek baja mild steel (Fy=245 MPa) yang harganya lebih murah dari high strength (Fy=345MPa). Material high strength biasa nya dipakai untuk konstruksi Jembatan, Tower PLN dan PLTU.
(frame kolom cremona/rangka)
3. Type Frame : Bagunan dengan rafter single beam tentu lebih murah dibanding rafter dengan rangka kremona sebab pekerjaan rangka lebih lama pada proses setting, pengelasan dan sisa potongan umumnya lebih banya. Rangka kremona biasanya dari susunan siku dan pipa. harga beam rangka pipa tentu lebih mahal sebab pekerjaan lebih sulit sebab potongan harus melengkung agar dapat dilas.
4. Type pengelasan : ada dua type pengelasan yang umum dipakai pada konstruksi bangunan yaitu Partial Joint Penetration (PJP) dan Complete Joint penetration (CJP). Bedanya lebih terlihat pada detail pengelasan. Umumnya CJP baja harus dibevel dan beberapa membutuhkan bucking plate. Biasanya juga untuk type CJP ini dilakukan pengetesan las seperti UT Test dll.
5. Pekerjaan bendingan : untuk menambah estetika suatu struktur terkadang terdapat profile bendingan yang umunya adalah pipa. namun tak jarang juga profile bendingan dipakai untuk member struktural. Pekerjaan bendingan diperlukan perhitungan cost tersendiri.
6. Sisa potongan atau umum disebut "waste" juga menjadi indikator penyesuaian harga. Tak jarang para kontraktor menyambung sisa potongan ini untuk mengurangi cost.
7. Surface Treatman : Galvanizing atau coating tentu harganya berbeda. Untuk yang umumnya gudang bisa menggunakan cat alkyd primer 40 MIC. DFT (1 Layer).
Point2 tersebut diatas adalah garis besar saja dan masih ada beberapa indokator dan para teman kontraktor / konsultan semoga ini menjadi sesuatu yang bermanfaat yang jika meerencanakan suatu pekerjaan struktur baja agar mendapat harga yang lebih ekonomis sebaiknya dengan desain yang standar namun memang nilai estetikanya bisa saja minim.
semoga bermanfaat.
Spesifikasi Material/Bahan yang umum dipakai
Dari beberapa banyak permintaan mengenai pengadaan struktur baja, para kontraktor atau owner yang memesan material baja tidak mengenal spesifikasi material nya. Jika ditanya spesifikasinya, mereka hanya menjawab "yang biasa saja". Ya memang untuk pembuatan gudang kecil tinggi 12m misalnya hanya memakai material baja spesifikasi mild steel. Tapi bagaimana jika untuk bangunan Power Plant / PLTU, Jembatan dan Bangunan Commercial laiinya yang umum nya memakai material high strength?. Tidak semua material menggunakan mild steel, ada yang harus menggunakan high strength dan bagian itu yang menjadi pertanyaan.
Berikut ada spesifikasi material baja yang umum dipasaran Indonesia.
Ada banyak sekali spesifikasi material baja, namun untuk membatasinya diatas hanya spek yang umum dipasaran Indonesai yang biasa dipakai dalam kontruksi.
Profile King Cross dan Quen Cross
A. Profile King Cross
Profile ini diambil dari perpaduan dua buah profile WF yang dilas penuh pada kedua sisi web nya. Umumnya profile ini dipakai untuk kolom.
Gambar : King Cross
Table King Cross
B. Profile Quen Cross
Profile Chasstellated Beam
Banyak orang awam bahkan kontraktor sendiripun tidak paham dengan profile Chasstellated. Saya pernah berbincang dengan satu client saat meeting yang mana beliau menceritakan bahwa profile Chastellated ini tidak ekonomis sebab ada waste sisa potong plate banyak yang terbuang.
Proyek yang pernah di handle nya menggunakan castellated beam HB 600x200 dan untuk membuat itu maka team nya melubangi tengah web Profile WF 600x200 berbentuk poligonal dan plate sisa potong nya menjadi waste terbuang tidak terpakai. Mendengar penjelasan itu saya jadi tertawa namun segera saya memberikan penjelasan singkat saja yang membuat beliau menjadi megerti.
Profile Chastellated ini dibentuk dari Profile WF atau H-Beam yang dipotong zigzak putus sepanjang web nya sehingga menjadi 2 batang simetris yang terpisah seperti mata gergaji (ada yang rendah dan tinggi) lalu kemudian dua batang simetris tersebut disatukan dengan menempelkan bagian yang tinggi nya satu sama lain lalu dilas permanen pada bagian yang menempel tersebut sehingga menghasilkan profile yang lebih tinggi dari semula.
Tujuan membuat profile Chasstellated ini adalah menambah Inersia (I) batang dengan cara menambah tinggi.
Berikut table Chasstellated Beam.
Dari table terlihat untuk membuat Chasstellated 600x200 dipotong profile WF 400x200.
Table Chasstellated Beam adding plate
Baca juga :
1. Profile Hot Rolled WF/H-Beam
2. Profile Angle / Siku
3. Profile "U"
4. Profile Lhip-Channel dan Z-Section
5. Profile C-Channel
6. Profile T-Beam
7. Profile Chasstellated Beam
8. Profile King Cross dan Quen Cross
Proyek yang pernah di handle nya menggunakan castellated beam HB 600x200 dan untuk membuat itu maka team nya melubangi tengah web Profile WF 600x200 berbentuk poligonal dan plate sisa potong nya menjadi waste terbuang tidak terpakai. Mendengar penjelasan itu saya jadi tertawa namun segera saya memberikan penjelasan singkat saja yang membuat beliau menjadi megerti.
Profile Chastellated ini dibentuk dari Profile WF atau H-Beam yang dipotong zigzak putus sepanjang web nya sehingga menjadi 2 batang simetris yang terpisah seperti mata gergaji (ada yang rendah dan tinggi) lalu kemudian dua batang simetris tersebut disatukan dengan menempelkan bagian yang tinggi nya satu sama lain lalu dilas permanen pada bagian yang menempel tersebut sehingga menghasilkan profile yang lebih tinggi dari semula.
Tujuan membuat profile Chasstellated ini adalah menambah Inersia (I) batang dengan cara menambah tinggi.
Berikut table Chasstellated Beam.
Dari table terlihat untuk membuat Chasstellated 600x200 dipotong profile WF 400x200.
Table Chasstellated Beam adding plate
Video Pemotongan Web pembuatan H-Comb
Baca juga :
1. Profile Hot Rolled WF/H-Beam
2. Profile Angle / Siku
3. Profile "U"
4. Profile Lhip-Channel dan Z-Section
5. Profile C-Channel
6. Profile T-Beam
7. Profile Chasstellated Beam
8. Profile King Cross dan Quen Cross
Profile T-Beam
Profile ini diambil dari profile WF yang web nya dibelah dua sama tinggi. Profile ini biasa dipakai untuk strutt. Karena profile ini diambil dari WF maka spesifikasi nya juga sama dengan WF.
Table T-Beam.
1. Profile Hot Rolled WF/H-Beam
2. Profile Angle / Siku
3. Profile "U"
4. Profile Lhip-Channel dan Z-Section
5. Profile C-Channel
6. Profile T-Beam
7. Profile Chasstellated Beam
8. Profile King Cross dan Quen Cross
Istilah dalam cat
Istilah
dalam Cat
Gloss: kekilauan permukaan lapisan cat dinilai
dan dibandingkan hasilnya terhadap standar kaca hitam yang dipoles sesuai
standar ISO 2813 atau ASTM D-523. Ada 5 kategori kekilauan dari yang tidak
kilau sampai yang paling berkilau adalah
sebagai berikut: Flat, Eggshell,
Semi-gloss, Gloss dan High-gloss.
Shelf life: Periode waktu
sejak cat diproduksi sampai dengan cat tersebut masih dapat dipakai atau dalam
kondisi baik pada suhu 100C-300C.
Working Pot Life: Lama waktu maksimal suatu produk
masih dapat digunakan dengan baik, di mana produk tersebut dikemas dalam dua
kemasan terpisah lalu dicampur pada suhu tertentu.
Flash Point: Suhu minimal
di mana suatu produk di mana pada suhu tersebut uap cat tersebut dapat menyala
bila didekatnya ada sumber api.
Full cure: Suatu kondisi
lapisan cat di mana sifat dan kemampuan lapisan sesuai katalog tercapai secara
aktual.
Touch dry: Waktu yang
dibutuhkan oleh lapisan cat untuk mencapai kondisi permukaan cukup kering bila
disentuh.
Dry to handle: Kondisi permukaan lapisan cat di
mana baja yang dicat dapat diangkut atau dipindahkan tanpa menyebabkan
terjadinya kerusakan lapisan cat yang berarti.
Min Overcoat Int.: Indikasi lama waktu yang
diperlukan suatu lapisan cat untuk mencapai kondisi kekeringan dan kekerasan
yang diperlukan yang dapat dilaksanakannya pengecatan lapisan berikutnya.
Max Overcoat Int.: Indikasi lama waktu yang
diperbolehkan suatu lapisan cat untuk dapat dilaksanakannya pengecatan lapisan
berikutnya, bila melebihi waktu tersebut maka akan beresiko mengurangi daya
adhesi lapisan selanjutnya..
Full cure: Suatu kondisi
lapisan cat di mana sifat dan kemampuan lapisan sesuai katalog tercapai secara
aktual.
Dry film Thk.: Tebal lapisan cat dalam kondisi
kering yang dinyatakan dalam satuan mikron.
VOC: (Volatile Organic Content) adalah berat
kandungan pelarut organic per 1 liter cat.
Volume solid: persentase dari tebal lapisan
cat pada saat kering terhadap lapisan cat
dalam kondisi basah (sewaktu dicat). Penentuan VS dilakukan pada hari ke-7 dan
pada suhu 230C (sesuai ASTM D-2697).
Konsumsi dan Biaya Pengecatan:
Daya tutup
teoritis (m2/ltr) = 10 x VS (%) / DFT (mikron)
Daya tutup
praktek (m2/ltr) = efisiensi x Daya tutup teoritis
Efisiensi = 1 – Loss
Loss = 0,5 untuk profil kecil
0,4
untuk rata-rata pabrikasi
0,3
untuk profil besar
Jenis-jenis cat
Berikut
adalah jenis-jenis cat yang sangat umum digunakan pada baja bangunan:
o
Metal treatment
o
Anti-corrosion primer
o
Intermediate coat
o
Top coat
1. Metal treatment
Cat-cat yang
tergolong dalam metal treatment biasa disebut sebagai Etching primer atau wash
primer. Diaplikasi dengan ketebalan minimal (0,3 s/d 0,5 mil atau kira-kira 15
mikron). Cat ini utamanya diaplikasikan pada baja yang tergalvanis untuk
meningkatkan daya lekat cat selanjutnya. Cat metal treatment tidak sama dan
tidak dapat mengganti peran dari cat dasar.
2. Anti-corrosion primer
Fungsi utama
cat anti-corrosion primer adalah mencegah atau menghambat proses korosi atau
berkaratnya permukaan baja. Cat jenis ini umumnya tidak didesain untuk
di-ekspos langsung di lingkungan terbuka, kecuali bila mengandung unsur zinc (seng).
Oleh karena itu dalam pemakaiannya biasanya diikuti oleh cat intermediate atau
topcoat. Warna yang digunakan terbatas sesuai dengan warna pigment yang ada di
dalam cat tersebut (umumnya: abu-abu, kuning, oranye, putih, merah tergantung
dari pigment). Zinc-rich primer lebih awet dibanding cat primer (dasar) lain,
di mana dapat diaplikasi tanpa topcoat pada lingkungan normal. Pada lingkungan
yang banyak mengandung bahan kimia asam maupun basa, cat ini tetap harus di
lapis topcoat.
3. Intermediate coat
Bila suatu
lapis cat diaplikasikan, seringkali tidak sempurna menutupi semua permukaan
baja yang ada. Banyak lubang-lubang di daerah-daerah tertentu yang belum
sempurna tertutupi lapisan cat, yang dinamakan sebagai missed spot atau pin
hole. Fungsi utama intermediate coat adalah untuk mengantisipasi ketidak
sempurnaan pelaksanaan primer coat sebelumnya serta menyediakan peralihan warna
dari primer ke top coat agar tidak memberikan efek berbayang (shading) pada
lapisan top coat
4. Top coat
Top coat
memberikan perlindungan bagi lapisan cat di bawahnya dan memberikan citra warna
yang diinginkan.
B. Bahan Dasar Pembuatan Cat
C. Jenis-jenis ca
D. Istilah dalam cat
B. Bahan Dasar Pembuatan Cat
C. Jenis-jenis ca
D. Istilah dalam cat
Bahan dasar pembuatan cat
A. Bahan Dasar Pembuatan Cat
Cat pada
umumnya terbuat dari: pigment, binder
dan solvent. Cat dibuat dari pigment yang didispersikan ke dalam
binder, yang selanjutnya dilarutkan dalam solvent atau diemulsikan dalam air,
agar dapat diaplikasikan melalui alat cat yang ada (busa roll, semprotan, dll).
Ada beberapa
jenis pigment yang masing-masing mempunyai fungsi yang spesifik:
o
Pigment opaque: yang berguna untuk membuat lapisan yang tidak tembus
pandang dengan menampilkan bermacam-macam warna sesuai kebutuhan.
o
Pigment metallic: ditambahkan untuk menampilkan kesan metalik pada
cat finish.
o
Pigment anti-corrosive: ditambahkan khusus untuk mencegah timbulnya
karat pada permukaan baja.
o
Pigment extender: biasanya ditambahkan untuk mengurangi efek gloss
(kilau), atau mambantu ikatan antar lapisan cat, atau meningkatkan kekentalan
dan menekan biaya produksi.
Istilah
tingkat kekilauan hasil lapisan cat dari yang tidak kilau sampai yang paling
mengkilau: flat, eggshell, semi-gloss, gloss
dan high-gloss.
Setiap binder
mempunyai metoda perawatan (curing) dan pengeringan (drying) yang berbeda. Ada
beberapa jenis curing dan drying sbb.:
o
Oksidasi:
adalah curing dengan menyerap oksigen dari udara terbuka dan diikuti dengan
polimerisasi, yang disebut juga dengan pengeringan udara (air drying). Binder
yang menggunakan curing dan drying jenis ini: alkyd.
o
Penguapan
solvent (pelarut): binder dilarutkan dalam campuran
pelarut (solvent). Ketika diaplikasi, pelarut menguap, meninggalkan lapisan
tipis yang stabil dan permanen. Jenis cat yang mempunyai binder seperti ini
dinamakan Lacquer (pernis). Binder yang menggunakan curing dan drying
jenis ini: Vinyl dan
Chlorinated-rubber. Karena prosesnya hanya bergantung dari penguapan
pelarut, maka cat jenis ini dapat diaplikasikan pada suhu yang relatif rendah.
o
Reaksi
kimia: cat umumnya di bagi dalam dua kemasan terpisah: base dan hardener. Bila dicampur akan membentuk campuran cat akhir.
Proses curing tetap berlanjut walaupun cat tidak diaplikasikan, sehingga cat
jenis ini mempunyai umur pakai yang terbatas. Selain itu karena proses curing
tidak memerlukan proses oksidasi, maka sering diaplikasikan untuk mendapatkan
lapisan yang relatif tebal. Binder yang
menggunakan curing dan drying jenis ini: Epoxy.
o
Perpaduan
(coalescene): bahan binder diemulsikan ke dalam air dalam bentuk koloid.
Pada saat diaplikasikan, air akan menguap dan binder akan menyatu membentuk
lapisan tipis di permukaan yang dicat. Binder yang menggunakan curing ini: latex. Curing ini tidak dapat
digunakan pada kondisi suhu rendah atau kelembaban tinggi.
Fungsi binder
dapat digambarkan sebagai pengikat sesama pigment dan pigment terhadap
permukaan baja. Jenis-jenis binder:
1.
Alkyd
2.
Epoxy ester
3.
Epoxy lacquer
4.
Two Pack Epoxy
5.
Epoxy coal tar
6.
Inorganic
7.
Latex
8.
Minyak (Oil)
9.
Phenolic
10. Rubber
Base
11. Chlorinated
rubber
12. Silicone
13. Oil-Modified
Urathane
14. Moisture-Cured
Urethane
15. Two
Component Urethane
16. Aromatic
Urethane
17. Aliphatic
Urethane
18. Polyvinyl
Butyral (Vinyl)
19. Polyvinyl
Chloride dan Polyvinyl Acetate
20. Vinyl-Alkyd
Bahan baku
cat berikutnya adalah solvent Fungsi
utama solvent adalah melarutkan pigment dan binder agar dapat di aplikasi
sesuai alat cat yang akan dipakai. Setiap jenis solvent mempunyai kecepatan
penguapan yang berbeda satu sama lain. Oleh karena itu pemakaian alat cat harus
memperhatikan jenis solvent yang digunakan.
Profile C-Channel
Profile ini sama berbentuk C yang hampir sama seperti bentuk pada profile Lhip-Channel itulah sebabnya orang terkdang saya menyebutkan atau menuliskan. Profiel C - Channel ini juga dibentuk dengan cara Cold Formed yang dibending namun tebalnya bisa lebih tebal dari Profile Lhip-Channel.
Berikut Tabel C-Channel yang biasa dipakai dikonstruksi baja.
Untuk penulisan yang benar kita ambil contoh CNP 75x40x5x7 atau CNP 100x50x5x7.5.
Spesifikasi yang umum dipakai untuk ketebalan <4mm biasanya menggunakan plate JIS G 3101 SPHC Ft=270MPa, dan jika lebih besar dari itu umumnya dibending dari Plate JIS G 3101 SS400 Fy=245MPa.
1. Profile Hot Rolled WF/H-Beam
2. Profile Angle / Siku
3. Profile "U"
4. Profile Lhip-Channel dan Z-Section
5. Profile C-Channel
6. Profile T-Beam
7. Profile Chasstellated Beam
8. Profile King Cross dan Quen Cross
Berikut Tabel C-Channel yang biasa dipakai dikonstruksi baja.
Untuk penulisan yang benar kita ambil contoh CNP 75x40x5x7 atau CNP 100x50x5x7.5.
Spesifikasi yang umum dipakai untuk ketebalan <4mm biasanya menggunakan plate JIS G 3101 SPHC Ft=270MPa, dan jika lebih besar dari itu umumnya dibending dari Plate JIS G 3101 SS400 Fy=245MPa.
1. Profile Hot Rolled WF/H-Beam
2. Profile Angle / Siku
3. Profile "U"
4. Profile Lhip-Channel dan Z-Section
5. Profile C-Channel
6. Profile T-Beam
7. Profile Chasstellated Beam
8. Profile King Cross dan Quen Cross
Profile Lhip-Channel
Profile ini berbentuk C dengan flange nya yang dibentuk dengan cara Cold Formed dari plate. Biasanya material disebut Lip-Channel. Namun terkadang orang awam atau bahkan para kontraktor sulit membedakan material UNP, CNP dan Lhip-Channel. Terkadang pada RAB tertulis CNP 150x50x20x2.3, padahal yang sebenarnya adalah Lhip-Channel 150x50x20x2.3. Atau juga ada yang menuliskan CNP 100x50x5x7.5, ini adalah Profile UNP yang jika maksudnya profile UNP seharusnya tertulis UNP 100x50x5x7.5. Di blog ini sudah dijelaskan sebelumnya material UNP. Dipasaran Indonesia biasanya LhipChannel ini dengan tebal 3.2 mm. Profile ini bisanya digunakan untuk framing non struktural seperti gording dudukan sheeting atap dan girt dudukan sheeting dinding.
Berikut table material UNP atau Lhip-Channel.
Karena profile ini dibentuk dengan cara cold formed dengan plate tipis, maka spesifikasi yang digunakan adalah JIS G3131 SPHC Fy=270Mpa.
1. Profile Hot Rolled WF/H-Beam
2. Profile Angle / Siku
3. Profile "U"
4. Profile Lhip-Channel dan Z-Section
5. Profile C-Channel
6. Profile T-Beam
7. Profile Chasstellated Beam
8. Profile King Cross dan Quen Cross
Berikut table material UNP atau Lhip-Channel.
Karena profile ini dibentuk dengan cara cold formed dengan plate tipis, maka spesifikasi yang digunakan adalah JIS G3131 SPHC Fy=270Mpa.
1. Profile Hot Rolled WF/H-Beam
2. Profile Angle / Siku
3. Profile "U"
4. Profile Lhip-Channel dan Z-Section
5. Profile C-Channel
6. Profile T-Beam
7. Profile Chasstellated Beam
8. Profile King Cross dan Quen Cross
Profile "U"
Profile "U" biasa disebut U-Channel tapi yang paling populer disebut "UNP". Profile ini bangunan gedung sederhana gudang atau pabrik-pabrik tapi dari beberapa proyek gudang dan pabrik seperti kelapa sawit yang saya pernah tangani profile UNP ini tidak digunakan. Profile UNP ini lebih biasa dipakai di mesin.
Berikut table UNP standar pasaran Indonesia.
Dipasaran Indonesia spesifikasi material ini adalah JIS - G 3101 SS400 Fy=245MPa.
1. Profile Hot Rolled WF/H-Beam
2. Profile Angle / Siku
3. Profile "U"
4. Profile Lhip-Channel dan Z-Section
5. Profile C-Channel
6. Profile T-Beam
7. Profile Chasstellated Beam
8. Profile King Cross dan Quen Cross
Berikut table UNP standar pasaran Indonesia.
Dipasaran Indonesia spesifikasi material ini adalah JIS - G 3101 SS400 Fy=245MPa.
1. Profile Hot Rolled WF/H-Beam
2. Profile Angle / Siku
3. Profile "U"
4. Profile Lhip-Channel dan Z-Section
5. Profile C-Channel
6. Profile T-Beam
7. Profile Chasstellated Beam
8. Profile King Cross dan Quen Cross
Angle/Siku
Dunia konstruksi umumnya memakai standar material siku diatas yang tersedia dipasaran Indonesia. Sebenarnya juga ada siku tidak sama kaki yang pernah diproduksi dan beredar dipasaran Indonesia namun sekarang sudah jarang dipaka dan kabarnya sudah tidak pernah dipakai dikonstruksi dengan alasan yang saya dapat dari para teman kontraktor praktisi engineer bahwa siku tersebut tidak optimal dalam pemakain distruktur dan juga harganya lebih mahal dari siku sama kaki.
Ada juga siku yang dibuat dengan cara cold formed yaitu plate yang dibending membentuk siku seperti table berikut yang biasa dipakai.
Spesifikasi dipasaran Indonesia untuk siku bending ini adalah JIS G 3101 SS400 Fy=245MPa dan untuk dibawah tebal plate 4mm biasanya menggunakan plate JIS G3131 SPHC Ft=270MPa.
Standar panjang material cara hot rolled section biasanya 6m dan paling panjang 12m dan untuk siku bending yang ukuran nya <80 biasanya dibuat paling panjang 6m jika lebih dari itu dikawatirkan melintir karena terlalu kecil.
1. Profile Hot Rolled WF/H-Beam
2. Profile Angle / Siku
3. Profile "U"
4. Profile Lhip-Channel dan Z-Section
5. Profile C-Channel
6. Profile T-Beam
7. Profile Chasstellated Beam
8. Profile King Cross dan Quen Cross
Lihat spesifikasi materail baja pasaran Indonesia.
Perbedaan Pre-Engineering Building dengan Konventional Steel Building
A. PRE-ENGINEERING BUILDING
1. Elemen utama memakai batang non-prismatis sehingga berat sendiri 30% lebih ringan
2. Elemen sekunder memakai baja ringan yang berbentuk Z-Section atau Lip-Channel
3. Desain pondasi lebih sederhana serta ringan dan mudah dilaksanakan
4. Lebih ringan sehingga biaya baja lebih murah
5. Seismic Resistance Struktur portal lebih fleksibel untuk menahan beban gempa
6. Arsitektural diperoleh dengan biaya yang lebih murah
B. KONVENTIONAL STEEL BUILDING
1. Eleman utama adalah hot rollet wf yang lebih berat dari non prismatis
2. Elemen sekunder memakai baja profile I atau Lip-Channel yang relatif lebih berat
3. Pondasi mahal dan disyaratkan memakai pondasi yang lebih dalam
4. lebih berat sehingga biaya baja lebih mahal
5. Seismic Resistance Structure portal lebih berat dan kaku dan perilaku kurang baik di wilayah gempa.
6. Arsitektural diperoleh dengan biaya yang lebih tinggi
Pabrikasi
Pekerjaa pabrikasi adalah pengelasan material yang sudah
pre-fabrikasi menjadi satu komponen, seperti komponen kolom, komponen rafter,
komponen bracing dan lain nya. Komponen kolom terdiri dari satu base plate,
profile WF/H-Beam dan beberapa plate stiffener dan jika ada beberap rib base
plate yang di las menjadi satu komponen kolom. Komponen Rafter terdiri dari
profile WF, hounch yang biasanya sama dengan profile rafter yang dibagi dua,
end plate dan beberapa plate stiffener yang semua nya itu disassembly menjadi
satu komponen rafter.
Pekerjaan
pabrikasi ada beberapa tahapan sbb:
- Pengecekan material
Pengecekan material dilakukan
oleh Quality Control. Pengecekan yang dilakukan adalah mengukur dimensi dengan
toleransi yang biasanya 2mm, jumlah lubang, diameter lubang dan lainnya yang
semuanya harus terkonstrol sama dengan material sesuai cutting drawing. Jika tidak
sesuai maka wajib diganti atau perbaikan jika itu memungkinkan.
- Pembersihan/finishing
Ini adalah tahap sebelum dilakukan pengelasan. Semisal material plate yang
sudah cut to shape pastinya ada bekas potong api yang tidak rata maka harus
diratakan, begitu juga bekas lubang drilling yang harus dibersihkan agar tidak
tajam. Pembersihan dilaukan dengan grenda, sikat. Dan untuk membersihak karat
atau sisa minyak biasa digunakan solfent.
- Tack Weld
Atau las titik yang dilakukan untuk tujuan setting sebelum dilakukan las
permanen. Satu komonen lengkap yang sudah di tack weld, quality control harus
mengecek komponen tersebut. Pengecekan yang dilakukan adalah dimensi panjang
komponen assembly harus sesui dengan assembly drawing, dan posisi-posisi part-part
kecil pembentuk komponen tersebut. Jika ada yang salah maka harus di lepas dan
dilakukan kembali tag weld sampai pada sesuainya komponen tersebut dengan
assembly drawing nya.
Gambar 1. Tack Weld
- Finishing Welding
Dilakukan setelah komponen tack weld sesuai dengan assembly drawing. selesai dilakukan finishing welding ini dilakukan pengecekan kembali jika kemungkinan terjadi perubahan bentuk seperti bending yang bisa diakibatkan panas saat pengelasan.
Pengadaan dan Pre-Pabrikasi
PENGADAAN MATERIAL
Data material BOM menjadi dasar pengadaan material. Satu bangunan semisal bangunan baja
gudang dengan ukuran lebar 23m, panjang 36m dan tinggi 6m
biasa nya hanya amenggunakan kolom dan rafter profile WF dan purlin/girt dengan
lip-channel dan strut pengikat longitudinal menggunakan double lip-channel,
ikatang angina atap dan dinding menggunakan rounbar dan plate sebagai jointing
dan pengikat baut. Para kontraktor biasa
memuatkan material taking over atau “MTO” yang adalah table kebutuhan material
dengan panjang standar yang harus dibelanjakan untuk dipabrikasi.
3. PRE-PABRIKASI
Yang dimaksud per-pabrikasi adalah pekerjaan pemotongan,
pelubangan, pembengkokan/bending. Dalam konstruksi struktur baja biasa dibagi
menjadi:
- Cut to Shape istilah untuk pekerjaan pemotongan dan pelubangan pada material plate.
Gambar 2. Hasil pemotongan plate (Plate Cut to Shape)
b. Cut to Length istilah untuk pekerjaan pemotongan pada material profilan seperti WF/H-Beam, siku dan lainnya.
Gambar 3. Profile Cut to Length
c. Drilling istilah untuk pekerjaan pelubangan bisa dengan pengeboran yang disebut drilling dan menusuk yang biasa disebut punching.
Gambar 4. Sebelah Kiri Drilling/Bor dan kanan pelubangan dengan Punch/Menusuk
Gambar 5. Hasil Pemotongan dan Pelubangan pada profie WF/HB
Video 1. Cutting WF dengan CNC Mesin
Video 1. Cutting WF dengan CNC Mesin
Gambar 6. Bevelling
e. Notching
atau pencoakan juga sebenarnya masih masuk dalam kategori
pekerjaan pemotongan namun umumnya dipakai pada material WF/H-Beam, siku
dan material profilan lainnya.
Gambar 7. Notching/Coak
Pada pabrik-pabrik besar yang memprioritaskan mutu, semua
pekerjaan pre-pabrikasi ini menggunakan mesin-mesin CNC.
<-kembali lanjut->
Engineering
Sebelum melakukan pekerjaan pabrikasi, tentunya kita sudah harus mengetahui material-material yang akan digunakan. Material ini didapat dari hasil analisa desain struktrur baja oleh engineer. Out put yang dihasilkan pada Engineering adalah sbb:
a. Gambar Persetujuan/Approval Drawing
b. Gambar pelaksanaan/Shop Drawing yang terdiri dari Cutting Drawing dan Assembling Drawing
c. Bill Of Material (BOM)
d. Erection Drawing
a. Gambar Persetujuan/Approval Drawing
Setelah analisa desain selesai, maka hasil desain tersebut dituangkan dalam Gambar Persetujuan atau bahasa dalam dunia konstruksinya lazim disebut "Approval Drawing". Pada Aproval Drawing ini tentu harus sudah lengkap dengan profile rangka baja, dimensi dan detai-detail koneksi sambungan bahkan sampai desati pengelasan dan spesifikasi material yang digunakan. Approval Drawing ini harus di cek kembali oleh user/owner selaku pihak pemakai yang meng-order bangunan tersebut dan yang jika ada perubahan dapat di revisi pada tahap ini sampai tidak ada lagi perubahan oleh user/owner.
b. Gambar Kerja/Shop Drawing
Pekerjaan Shop Drawing dapat dilakukan jika Approval Drawing sudah disetujui oleh user/owner. Untuk penggambaran shop drawing ini, sudah banyak ditemukan sofwer-sofwer gambar yang digunakan seperti Steel Cad, X-Steel, Tekla, Boket dan banyak lainnya. Penggambaran Shop Drawing ini sesuai dengan material-material yang tertuang pada approval drawing yang digambar dengan 3D mulai dari material terkecil sampai yang besar. Penggambaran dengen 3D ini disesuikan dengan kondisi yang akan terpasang nantinya secara aktual dan dengan begitu menghasilkan komponen yang presisi.
Setelah gambar 3D rangkum, selanjutnya dipecah-pecah kembali tiap-tiap material dan menghasilkan beberapa gambar yang disebut cutting drawing dan assembling drawing.
c. Bill Of Material (BOM)
Dari gambar Shop Drawing 3D yang sudah rampung tadi out put data yang dihasilkan selain gambar-gambar juga berupa laporan kebutuhan materiial aktual yang akan digunakan. laporan tersebut berupa tabel material baja yang biasa di sebut Bill Of Materil atau yang biasa di singkat BOM. Dalam BOM ini sudah lengkap jumlah, panjang, berat per item dan total berat, surface area painting untuk kebutuhan material painting.
d. Erection Drawing
Erection Drawing adalah gambar pemasangan sebagai gambar panduan praktisi lapangan saat pemasangan struktur baja. Sebenarnya Erection Drawing juga bagian dari Shop Drawing karena out put dari pekerjaan shop drawing yang digambar modelling 3D tadi yang hanya saja dipecah-pecah dalam tiap grid line saja untuk mempermudah para praktisi membaca marking-marking pada gambar tersebut. Biasanya gambar modelling 3D ini diberikan pada praktisi lapangan.
<-kembali
lanjut->
Profile Hot Rolled WF/H-Beam
tanda * di Indonesia biasanya tidak di rpoduksi dengan cara hot rolled namun dengan cara Welded Beam.
1. Profile Hot Rolled WF/H-Beam
2. Profile Angle / Siku
3. Profile "U"
4. Profile Lhip-Channel dan Z-Section
5. Profile C-Channel
6. Profile T-Beam
7. Profile Chasstellated Beam
8. Profile King Cross dan Quen Cross
Metode Pemasangan Struktur Baja
Metode Pemasangan Struktur Baja yang sederhana yang saya dapat secara teori dan inpun saya dapat dari rekan praktisi dilapangan. maklum karna saya sendiri bukan seorang praktisi dilangan hanya on table..ck.cck..
Contoh sederhana tersebut semoga dapat menambah referensi teman-teman semua.
salam